Monday, October 05, 2009

Ku Khianatai Kau di Ranu Kumbolo

Nuansa lebaran masih terasa, yah maklum wong baru H+3. Kamis dini hari kita berangkat menuju terminal Bungurasih, sekitar jam setengah 2 kita keluar dari rumah. Perjalanan lancar hingga sampai di Ranu Pani meski trek Tumpang – Ranu Pani begitu mengerikan. Udah jalan sempit, lerengnya jurang, jalannya sebagian masih berupa tanah berdebu lagi. Serem kalo papasan sama mobil lain, duh sport jantung pokoknya.

Kurang lebih 6 jam kita ngetrek dari Ranu Pani ke Ranu Kumbolo. Mata nggak henti-hentinya menjelajah setiap sudut tebing maupun hutan yang dilewati sampai-sampai aku menangkap onggokan mini candi manusia (huweekkkssss….) yang udah dikerubuti lalat ijo. Wadow…ranjau pendaki!

Sekitar jam 5 sore, kita putuskan ngecamp nggak jauh dari turunan menuju lokasi danau. Aklimatisasi di tempat yang salah hehe soalnya banyak yang bilang kalo lokasi tempat camp kita tuh tempat muternya angin jadi nggak salah kalo dinginnya luar binasa di situ. Angin yang datang dari arah bukit cinta berkumpul di area camp kita, ketambahan angin dari bukit, area Ayak-ayak. Pantesan dingin banget!
Jumat siang kita putusin buat jalan-jalan, penasaran juga sama trek yang lain menuju puncak Mahameru.

Tiba di tanjakan cinta dengan mitos asmaranya. Dalam hati setengah geli dengan mitosnya tapi semua tergantung kepercayaannya masing-masing kan? Hampir ujung tanjakan cinta aku memutuskan untuk berhenti dan menoleh ke belakang, bukannya aku meremehkan mitosnya tapi aku tak percaya dengan hal tersebut. “Tanjakan cinta! Hei apa kabar cinta!!!” teriakku dari atas. Yang di bawah ngakak melihatku. Akhirnya aku berhenti untuk foto-foto di situ.

Melewati Oro-oro Ombo yang merupakan tempat favoritku karena mata dimanjakan oleh sabana, sayang rumputnya kering, coba pas hijau-hijaunya! Masuk ke Cemoro Kandang yang bikin miris karena bekas terbakar hingga ke Jambangan tapi tidak sepenuhnya karena waktu dan perbekalan udah nggak memungkinkan. Jumat malam yang tak kan terlupakan, saat aku berkeliling mendekati area Ayak-ayak tiba-tiba aku dikejutkan oleh sesosok makhluk item besar jongkok gak jauh dariku. Rasa manusiaku yang penakut keluar sampai sendalku semburat ke mana-mana.

Mulai dari Pulau Sempu hingga di Ranu Kumbolo sendal Eiger itu menemani aku ke mana-mana tapi sayang jodohnya terputus di malam itu. Hiks..hiks…hampir 4 tahun bersama akhirnya raib juga. Untung ada yang berbaik hati memberiku sendal meski sebenernya nggak sesuai ukurannya, hampir kayak kapal saking kegedeannya. Makasih banyak ya Rob, sendalmu bermanfaat buat aku hehe.

Malam itu penuh kejutan, cuaca sangat-sangat dingin sampe kuketahui pagi hari kalo air di luar telah menjadi es dan tenda maupun perlengkapan yang berada di luar kayak pisau, gunting, sendok serta sendal telah tertutup bunga es. Ya Allah…indah banget! Nggak heran kalo aku merasa beku malam itu –maaf ya sleeping bagnya jadi bau minyak kayu putih hehe- saking dinginnya.

Sabtu, 26 September 2009 sekitar pukul 9 pagi kita berkemas dan kembali ke peradaban dan bersiap menjelang rutinitas yang menyisakan penat di kemudian hari. Tiga hari di alam membuatku berpikir banyak hal akan menghargai kehidupan. Huwaaahhh….aku selalu rindu saat-saat seperti itu.

Kapan aku bisa lagi?

4 comments:

Unknown said...

aq juga pengen ke ranu kumbolo...ngecamp disitu...gak muncak...masih rencana ma temen2..dari malang sepeda motoran deket..:)kalau ke panderman se...setiap dua minggu sekali kita kesana...refreshing daripada libur kerja akhir pekan gaka da kerjaan...

dewi said...

katanya sih klo ke naru kumbolo gk muncak tuh sayang bgy coz udh separoh lbh, tggal dkit lg udh mahameru. wktu itu rame bgt jd gk memungkinkan bt muncak, lagian persiapan jg gk maksmimal.
enak ya dkt ma panderman, klo ak sih gk bs kmana2 klo weekend slain tduran dikos hehe

luxsman said...

kangen menuju PUNCAK MAHAMERU.... sudah lama tidak sowan kesana lagi...

dewi said...

ih..enak udh prnh kesana, ak malah blm tuh hehe denger2 katanya des tar ad acara napak tilas soe hok gie. gk pgn ikutan?