-sebuah frame singkat seseorang-
Hari beranjak petang. Saat sebagian besar aktifitas pagi telah berkemas, di sisi lain sebuah aktifitas baru akan dimulai. Terlihat kesibukan salah satu gang di Surabaya, gang dimana bisa dibilang kehidupan warganya yang “breaking the rule”. Saat wajah-wajah lelah mulai sedikit sumringah karena jam kantor telah usai, saat itu pula wajah-wajah segar mulai bersiap untuk bertarung dengan malam. Penjual nasi goreng telah mangkal di pinggir-pinggir jalan gang, marketing bersafari (germo) pun mulai siap siaga dengan produk di belakangnya.
Hari beranjak petang. Saat sebagian besar aktifitas pagi telah berkemas, di sisi lain sebuah aktifitas baru akan dimulai. Terlihat kesibukan salah satu gang di Surabaya, gang dimana bisa dibilang kehidupan warganya yang “breaking the rule”. Saat wajah-wajah lelah mulai sedikit sumringah karena jam kantor telah usai, saat itu pula wajah-wajah segar mulai bersiap untuk bertarung dengan malam. Penjual nasi goreng telah mangkal di pinggir-pinggir jalan gang, marketing bersafari (germo) pun mulai siap siaga dengan produk di belakangnya.
Tampak seorang perempuan cantik mulai merapikan diri. Kulitnya mulus dan tubuh yang proporsional terlihat begitu terawat. Bisa ditaksir usianya sekitar 20-an, masih muda memang. Usia yang seharusnya dihabiskan bersama teman-teman sebayanya, kuliah, jalan-jalan ke mal atau kerja sambilan di kafe-kafe ataupun sekedar jadi SPG, tidak dirasakannya karena harus kerja yang dimata orang lain sangat-sangat tidak layak untuknya. Ia pun melenggang meninggalkan kamar salah satu wisma untuk menuju “ruang pamer”.
Ia menghempaskan tubuhnya di sofa bentuk L dan memulai berperan sebagai “perempuan etalase”, duduk manis sambil menunggu pelanggan ato seorang customer. Ia tak sendiri, disebelahnya berderet perempuan-perempuan etalase lainnya yang sama sepertinya, menunggu pelanggan atau customer yang mem”booking”nya.
Diluar tampak aktifitas tawar-menawar antara marketing bersafari dengan salah satu customer. Sedang para perempuan etalase berusaha menarik perhatian customer dengan body language yang sangat-sangat sensual. Such an unique transaction… tak ada kata-kata yang keluar meski hanya sepatah kata saja. Diam dan berkutat dengan Hp atau menerawang entah apa. Memasang senyum termanis dan menggoda setiap customer yang bakal jadi “pasiennya”.
“Jangan pernah memandang sebelah mata orang-orang sepertiku” ujarnya sambil berlalu.
“Bagaimanapun juga ini semua lakon kehidupan yang dilalui setiap manusia, dan tak semua orang sama. Jadi jangan pernah menilai atau menjudge sesuatu atas dasar kebenaran pribadi. Karena apapun reward yang didapat di kehidupan setelah ini bukan tanggung jawab orang lain, melainkan diri sendiri. Jadi jangan sok suci menganggap dirinya paling benar di mata Tuhan!”, urainya sambil tersenyum. Entah apa arti senyumannya itu. Whateverlah…yang jelas mereka ada dan HIDUP!
2 comments:
Deskripsi yang menyentuh, cocok dengan background blog yang kelam dan remang-remang.
Salam kenal, Mbak Dewi, saya Arief. Sesekali mampir dong ke blog saya. Saya salah satu temen Mas Handry TM, eh, juniornya Mas Handry ding, huehehe.
Makacih sebelumnya.
makasih juga mas udh nyambangi blog ku. oke deh pasti tak samperin blognya mas arif. saya juga anak buahnya pak handry hehehe
Post a Comment