“Woiy cuk, nangdi ae?” (Woy cuk, kemana aja. Cuk = sapaan; makian; dari kata dancuk; khas arek-arek Surabaya). Kalimat seperti itu sudah tidak asing lagi kita dengar dalam setiap pergaulan arek-arek Surabaya khususnya. Segerombol remaja bercelana jeans ketat dengan potongan rambut yang sedikit amburadul. Sengaja rambut bagian depan diperpanjang biar bisa disibakkan dengan tangan serta diwarnai (remaja cowok). Serta aksesoris mainan dari anting sampai gelang dibikin matching se-matching-matching-nya (remaja cewek). Anak muda jaman sekarang katanya….
Mereka bersenda gurau di pinggir jalan, tepatnya di atas sepeda motor mereka. Tak banyak aksesoris yang mereka kenakan, hanya saja helm yang penuh dengan stiker simbol-simbol anarkis, stiker band bahkan stiker logo distro-distro. Yang penting helm berstiker, helm pun telah menjadi fashion bagi mereka. Anak muda jaman sekarang katanya….
Pemandangan seperti itu untuk beberapa tahun ini sudah tidak asing lagi, menjamur dimana-mana. Bahkan aku sempat berfikir, apa ini virus yang menyerang anak muda jaman sekarang ya? Sungguh homogen. Mayoritas remaja sekarang mempunyai dandanan seperti itu, ironisnya, seragam sekolah pun celananya dibikin ketat oleh mereka serta model rok seragam dengan ikat pinggang yang melorot. Ck…ck..ck…sekolah pun bisa kebobolan dengan fashion, seakan tidak mau dibilang ketinggalan jaman. Anak muda jaman sekarang katanya….
Tapi pernahkan mereka sadar bahwa mereka telah menjadi fashion victim? Korban dari otak-otak kapitalis? Homogenitas dalam heterogenitas? Larut dalam mainstream? Tak lagi memikirkan fungsi tapi hanya gaya atau mode saja, persetan dengan pantas atau tidak pantas. Anak muda jaman sekarang katanya….
Anak muda….anak muda….
Monday, November 05, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment